Saturday, November 14, 2009

rintih pedih




ku jilat sisa ludah yg sedia kotor,
ku gilap kanta persahabatan yang kian kabur,
yakin subur tanah kubur disiram digembur,
bahtera agung layaran emas ku biar melebur,


menongkat mata celik menahan bandul detik,
berlabuh di akal cetek bersidang di hati jelik,
ternyata semalam aku tuli akan jerit pekik,
ku sedar kini beza antara mutiara dan manik,


bergenang air di takungan empangan mata,
bergelodak air di aliran muara jiwa,
meredah jeram jampi menyelam lubuk mantera,
mematah sayap sepi memisah sendi sengsara,

Wednesday, November 4, 2009

ku utus kata putus



ke kanan ku buntu, ke utara ku kaku
ke hadapan ku layu, ke selatan ku sayu.
tidak terburu bukan melulu,
lenyap arahku tanpa dipandu,


timbunan bongkak meratap merangkak,
si bisu bersorak si lumpuh bergerak,
mengangguk tidak menggeleng pun tidak,
laksana meriam tanpa peledak.


pena simpati mencorak hati,
onak janji haluan diri,
hitam hati merayu kau pergi,
putih hati memaksa ku menyendiri,


biar si kucing bertanduk lentik,
ku tahu ini keputusan terbaik,
biar si cerdik lantang mengherdik,
aku bukan si akal pendek,